Ubiquitous Computing
Ubiquitous computing adalah penggunaan komputer yang tersebar di
mana user berada. Sejumlah komputer disatukan dalam suatu lingkungan dan
tersedia bagi setiap orang yang berada di lokasi tersebut. Setiap komputer
dapat melakukan pekerjaan yang dipersiapkan untuk tidak banyak melibatkan
intervensi manusia atau bahkan tanpa harus mendeteksi di mana pemakai
berada. Ideubiquitous computingpertama kali disampaikan oleh Mark
Weiser (1998) di Laboratorium Komputer Xerox PARC, yang membayangkan komputer
dipasangkan di dinding, di permukaan meja, di setiap benda sehingga seseorang
dapat berkomunikasi dengan ratusan komputer pada saat yang sama. Setiap
komputer secara tersembunyi diletakkan di lingkungan dan dihubungkan secara
nirkabel.
Ubiquitous computing mempunyai
karakteristik utama yaitu:
1.
Ubiquity: interaksi
tidak dilakukan oleh suatu saluran melalui satuworkstation. Akses ke
komputer dapat dilakukan di mana saja. Sebagai contoh, di suatu kantor ada
puluhan komputer, layardisplay, dan sebagainya dengan ukuran bervariasi
mulai dari tombol seukuran jam tangan, Pads sebesar notebook,
sampai papan informasi sebesar papan tulis yang semuanya terhubung ke satu
jaringan. Jaringan nirkabel akan tersedia secara luas untuk mendukung akses
bergerak dan akses jarak jauh.
2.
Transparency: teknologi
ini tidak menganggu keberadaan pemakai, tidak terlihat dan terintegrasi dalam
suatu ekologi yang mencakup perkantoran, perumahan, supermarket, dan
sebagainya.
Karakteristik
Lingkungan
·
Network Architecture
Para pemakai bergerak dalam suatu jaringan komunikasi
nirkabel heterogen yang membentuk suatu jaringan berkabel yang lebih luas.
Peralatan pemakai saling terhubung menggunakan jaringan nirkabel berbasis
infrastruktur. Peralatan-peralatan tersebut juga dapat berhubungan dengan
peralatan, sensor, dan layanan yang ada di lingkungan.
·
Service Provisioning
Layanan bagi pemakai disediakan di berbagai tempat
berbeda dalam lingkungan AmI di mana pemakai dapat menggunakan layanan yang
tersedia dengan sumber-sumber daya yang terhubung tanpa kabel. Layanan-layanan
ini diberikan oleh suatu sistem layanan gabungan dengan application
server yang dapat
diakses melalui infrastruktur jaringan.
·
Sensing Architecture
Untuk mendukung pemberian layanan-layanan tersebut,
lingkungan AmI dilengkapi berbagai jenis sensor. Sensor ini membuat interaksi
antara pemakai dengan jenis layanan yang dibutuhkan menjadi lebih efisien.
Sensor ini akan menangkap informasi dari lingkungan secara terus-menerus dan
memantau aktivitas yang dilakukan para pemakai. Sensor ini kemudian membawa
informasi tersebut ke sebuah modul AmI yang akan memprosesnya dalam suatu
aplikasi. Jenis sensor yang digunakan meliputi jenis sensor tradisional
seperti: sensor suhu, tekanan, cahaya, kelembaban udara, dan sensor-sensor yang
lebih kompleks, seperti kamera yang dihubungkan dengan jaringan kabel. Dengan
demikian, infrastruktur AmI harus dapat menangkap informasi-informasi dari
peralatan-peralatan sensor tersebut.
·
Modes of Interaction
Pemakai berinteraksi dengan layanan melalui suatu multimodal
user interface yang
menggunakan peralatan pribadi untuk berkomunikasi. Multimodal
communication memungkinkan pemakai mangakses layanan tidak hanya
pada saat mereka duduk di depan PC, tetapi juga pada saat mereka bergerak bebas
dalam lingkungan AmI.
Aspek
Teknis yang mendukung :
1.
Terminal & user interface
Peralatan yang digunakan sebaiknya mempunyai kualitas
tampilan yang bagus dan responsif terhadap input dari pemakai. Walaupun dengan
ukuran display yang terbatas, penggunaanya harus intuitif dengan tampilan yang
bersih menggunakan alat input yang berbeda seperti: pen, handwriting
recognition dan speech
recognition.
2.
Peralatan yang murah
Jika kita membangun sebuah sistem dengan banyak
komputer untuk satu pemakai, biaya satu komputer hendaklah tidak terlalu mahal.
Meskipun komputer biasa pada umumnya relatif lebih mahal, kamputer ini tidak
dapat digunakan untuk ubiquitous computing.
Tidak semua komputer dalam ubiquitous computingmemerlukan
prosesor dan harddisk dengan spesifikasi seperti dalam komputer biasa.
3. Bandwidth tinggi
Kebutuhan lain dari ubiquitous computing adalah mempunyai bandwidth jaringan yang cukup untuk
melakukan komunikasi antara peralatan-peralatan yang digunakan. Selain masalah bandwidth,
ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan
transformasi data melalui jaringan, antara lain: lokasi terminal untuk mobile
communication, penggunaan frekuensi yang tepat, menjaga kualitas
layanan, enkripsi data, dan mengurangi gangguan-gangguan laten terhadap
jaringan.
4.
Sistem file tersembunyi
Ketika seorang pemakai menggunakan komputer, dia harus
belajar beberapa aspek dasar tentang sistem operasi dan konsep-konsep file
serta struktur direktori. Hal ini mengakibatkan pemakai akan lebih terfokus
pada bagaimana informasi akan disimpan, bukan pada informasi itu sendiri. Salah
satu kebutuhan ubiquitous computing adalah bahwa komputer harus tersembunyi.
Komputer harus dapat “memahami” kondisi pemakai. Sebagai contoh, melalui penggunaan voice
recognition atau interface lainnya yang memungkinkan pemakai melakukan
akses tanpa harus mengetahui nama file tertentu, lokasi atau format file
tersebut.
5.
Instalasi otomatis
Ubiquitous computing harus dapat
mengeliminasi kebutuhan instalasi program. Dalam sistem konvensional,
seringkali diperlukan instalasi program yang dapat menimbulkan masalah, dan
dalam beberapa kasus harus melibatkan pemakai. Konsep ini tidak berlaku dalam ubiquitous
computing. Program harus dapat berpindah dari sebuah computer ke
komputer lain tanpa harus mengubah konfigurasi dasar dalam menjalankan suatu
program baru. Salah satu alternatif adalah dengan menggunakan bahasa
pemrograman Java yang dapat dipindahkan ke komputer lain dengan mudah (platform-independent).
6. Personalisasi
informasi
Akan lebih baik jika ubiquitous computing system dapat menjaga agar informasi yang
tersedia dapat digunakan sesuai kebutuhan pemakai. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah setiap kali ada
seseorang yang baru bergabung dalam sebuah komunitas, profil pribadi orang
tersebut harus ditambahkan ke setiap peralatan yang ada.
7.
Privasi
Salah satu masalah yang paling penting dalam ubiquitous
computing adalah
resiko privasi yang serius. Sistem ini dapat menyimpan data-data pemakai dan
lokasinya yang mungkin dapat diakses oleh pemakai lain. Teknologi jaringan yang
baru seperti infra merah atau komunikasi radio nir kabel menggunakan enkripsi
untuk menjaga keamanan data.
Potensi di Indonesia
Dalam paper yang disampaikan pada Seminar dan Pameran
Teknologi Informasi, Wawan Wardiana (2002) menyimpulkan bahwa perkembangan
teknologi informasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya
manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras
dan perangkat lunak komputer, sistem jaringan baik berupa LAN maupun WAN dan
sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk transfer data.
Pada saat ini kemampuan sumber daya manusia dalam memahami
komponen teknologi informasi sudah semakin meningkat. Salah satu bukti
pemahaman ini adalah dengan trend teknologi informasi yang tidak saja
berpengaruh terhadap gaya hidup para profesional, pelaku bisnis dan pemakai
lain di kalangan orang dewasa, tetapi juga berpengaruh terhadap para remaja di
tingkat sekolah bahkan anak-anak. Penggunaan teknologi komunikasi seperti SMS,
MMS, chatting dan e-mail sudah begitu memasyarakat. Trend penggunaan teknologi
informasi ini juga dapat kita jumpai di berbagai bidang, seperti pendidikan, perbankan,
perdagangan, pemerintahan dan lain-lain.
Di
bidang pendidikan, teknologi informasi sangat berperan dalam menyediakan sarana
belajar-mengajar yang lebih efisien seperti trend belajar jarak jauh (distance
learning), belajar secara elektronis (e-learning), perpustakaan
elektronik (e-library), dan multimedia. Sebagai contoh, Universitas
Putra Indonesia “YPTK” Padang memberikan kemudahan bagi seluruh mahasiswa untuk
melakukan pembayaran uang kuliah melalui bank tanpa harus datang ke kampus,
melihat nilai atau mengecek absensi cukup melalui SMS Kampus. Di bidang
perbankan, teknologi informasi memberikan kemudahan-kemudahan dalam
bertransaksi. Semakin banyak pelaku ekonomi, khususnya di
kota-kota besar yang
tidak lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi cukup
menggunakan kartu elektronik atau smart card. Nasabah pun tidak
perlu lagi datang ke lokasi untuk melakukan transfer uang ke bank yang berbeda.
Berdasarkan
fakta-fakta yang digambarkan di atas, muncul suatu pemikiran bahwa trend
teknologi informasi di Indonesia akan mengarah ke ubiquitous computingyang
merupakan konsep dasar dari teknologi Ambient Intelligence.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan akan potensi penggunaan teknologi AmI
di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1.
Semakin berkembangnya teknologi
jaringan khususnya jaringan nirkabel yang memungkinkan transfer data dapat
dilakukan dengan lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih kecil.
2.
Tingkat kemampuan masyarakat dalam
menggunakan atau membeli komputer dengan kemampuan tinggi. Walaupun masih
terbatas untuk kalangan tertentu, seperti pelajar, mahasiswa, profesional,
pelaku bisnis dan sebagainya, namun pemakaiannya sudah semakin menyebar
sehingga orang awam pun sudah terbiasa dengan lingkungan di mana komputer merupakan
alat bantu dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari.
3.
Cepatnya perkembangan dan penyebaran
teknologi komunikasi di kalangan masyarakat luas memenuhi kebutuhan ubiquitous
communication yang merupakan salah satu pilar teknologi Ambient
Intelligence.
4.
Kebutuhan sumber daya manusia di bidang
teknologi informasi yang sudah semakin banyak tersedia. Ketersediaan sumber
daya manusia ini didukung oleh semakin berkembangnya sekolah-sekolah tinggi dan
universitas-universitas yang khusus mendalami bidang ilmu komputer dan
teknologi informasi.
5.
Situasi lingkungan yang menuntut
tersedianya fasilitas pelayanan yang lebih efisien dan cepat. Jumlah populasi
penduduk yang terus meningkat akan menimbulkan masalah kualitas pelayanan dari
berbagai instansi yang melayani masyarakat luas. Masalah-masalah tersebut
antara lain: antrian yang disebabkan banyaknya orang yang memerlukan layanan
yang sama pada saat yang sama, kepadatan lalu-lintas yang juga disebabkan oleh
makin banyaknya orang memerlukan layanan. Bukan hanya pelayanan transportasi,
tapi juga pelayanan-pelayanan lain yang memerlukan transportasi karena mereka
harus datang ke lokasi.
Perbedaan Ubiquitous, Mobile, Grid dan Cloud computing
·
Mobile computing menggunakan teknologi
mobile untuk menjalankannya seperti handphone, carputer dan ultra mobile PC,
sedangkan Ubiquitous, grid dan cloud computing menggunakan PC pada umumnya
untuk menjalankannya.
·
Biaya untuk pengadaan energi bagi mobile computing
cenderung lebih mahal dibanding Ubiquitous, grid dan cloud computing apabila
tidak ada sumber daya listrik karena membutuhkan sumber daya pengganti yaitu
baterei.
·
Mobile computing tidak terlalu membutuhkan
tempat yang besar untuk mengoperasikannya dibanding Ubiquitous,grid dan cloud
computing karena cenderung portable dan mudah dibawa kemana saja.
·
Pada mobile computing, proses komputasi
cenderung dilakukan sendiri oleh user. Pada Ubiquitous,grid computing, proses
komputasi dilakukan terpusat maupun tidak terpusat dimana consumer membutuhkan
discovery server. Pada cloud computing, proses komputasi membutuhkan ASP dan
internet sebagai media penghubung.
sumber :